8 Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa dan Semagat Beribadah dalam Kehidupan

24 Maret 2023, 11:43 WIB
Ini dia jadwal sholat dan buka puasa di Binjai dan Medan pada 2 Ramadhan 2023. /mohamed_hassan/Pixabay

SUDUTBATAM.COM - Keimanan seseorang bisa naik bisa turun. Tanda-tanda iman seseorang naik jika semangat mencari kebaikan tinggi, misalnya bersabar, istikomah, konaah, berdoa, dan lain-lain.

Sedangkan tanda-tanda iman seseorang turun jika beribadah malas-malasan, gampang marah, tersinggungan, dan lain-lain.

Lantas bagaimana cara menguatkan iman? Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Kultum Ramadhan Malam Ketiga, Beragam Tema Tentang Puasa

1. Pupuk Rasa Cinta kepada Allah

Rasa cinta kepada Allah adalah salah satu poros dari ibadah. Ibnul Qayyim rahimahullah dalam syair Nuniyah-nya mengatakan:

وعبادة الرحمن غاية الحب مع ذل عابده هما قطبان

“Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang paling puncak dibarengi dengan perendahan diri dari seorang hamba kepada-Nya. Keduanya (cinta dan perendahan diri) adalah dua pangkal dari ibadah.”

Maka orang yang hatinya dipenuhi cinta kepada Allah, ia akan merasakan manisnya ibadah. Dalam hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاثٌ مَن كُنَّ فيه وجَدَ طَعْمَ الإيمانِ: مَن كانَ يُحِبُّ المَرْءَ لا يُحِبُّهُ إلَّا لِلَّهِ، ومَن كانَ اللَّهُ ورَسولُهُ أحَبَّ إلَيْهِ ممَّا سِواهُما، ومَن كانَ أنْ يُلْقَى في النَّارِ أحَبَّ إلَيْهِ مِن أنْ يَرْجِعَ في الكُفْرِ بَعْدَ أنْ أنْقَذَهُ اللَّهُ منه

“Tiga jenis orang yang jika termasuk di dalamnya maka seseorang akan merasakan lezatnya iman: orang yang mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, dan orang yang dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada ia kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan ia dari kekufuran.” (HR. Bukhari no. 6041, Muslim no.43)

Di antara cara untuk memupuk rasa cinta kepada Allah adalah dengan banyak mengingat-ingat nikmat yang Allah karuniakan kepada kita yang tidak terhitung lagi banyaknya. Sehingga kita bersemangat untuk beribadah kepada-Nya sebagai bentuk rasa syukur atas semua nikmat tersebut. Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata:

أنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ، فَقالَتْ عَائِشَةُ: لِمَ تَصْنَعُ هذا يا رَسولَ اللَّهِ، وقدْ غَفَرَ اللَّهُ لكَ ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِكَ وما تَأَخَّرَ؟ قالَ: أفلا أُحِبُّ أنْ أكُونَ عَبْدًا شَكُورًا

“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah shalat malam sampai pecah-pecah kakinya. Aisyah pun mengatakan: mengapa engkau melakukan demikian wahai Rasulullah? Padahal dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni? Nabi menjawab: Bukankah seharusnya aku senang jika aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari no.4837)

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa dan Imsakiyah Ramadhan 1444 H Kota Batam Hari Kedua Puasa, Jumat 24 Maret 2023

2. Melatih Kekhusyukan

Hendaknya berusaha melatih kekhusyukan dalam tiap ibadah. Karena kekhusyukan akan menimbulkan rasa cinta dan semangat untuk melakukan ibadah selanjutnya. Allah ta’ala berfirman tentang ibadah shalat:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. al-Baqarah: 45)

As-Sa’di dalam Tafsirnya mengatakan: “Shalat itu menjadi mudah dan ringan bagi mereka (orang yang khusyuk). Karena kekhusyukan, rasa takut kepada Allah, dan harapan yang besar terhadap pahala dari Allah, akan menghasilkan rasa ringan dalam shalat dan akan melapangkan dadanya.” (Tafsir as-Sa’di)

3. Pelajari Tuntunan Nabi dalam Ibadah

Cinta kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam akan menumbuhkan manisnya iman. Sebagaimana hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاثٌ مَن كُنَّ فيه وجَدَ طَعْمَ الإيمانِ: مَن كانَ يُحِبُّ المَرْءَ لا يُحِبُّهُ إلَّا لِلَّهِ، ومَن كانَ اللَّهُ ورَسولُهُ أحَبَّ إلَيْهِ ممَّا سِواهُما …

“Tiga jenis orang yang jika termasuk di dalamnya maka seseorang akan merasakan lezatnya iman: orang yang mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya paling ia cintai daripada selain keduanya … ” (HR. Bukhari no. 6041, Muslim no.43)

Dan bentuk cinta kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah mempelajari tuntunan-tuntunannya dalam akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Sampai setiap gerak-gerik kita, berjalan di bawah cahaya petunjuk dan di atas hujjah yang jelas, bukan hawa nafsu, perasaan, dan sangkaan semata. Sehingga, muncullah semangat untuk mengerjakannya karena tahu pasti itu adalah tuntunan beliau.

Sebaliknya orang yang menjalankan ibadah tanpa tuntunan, hanya mengikuti prasangka atau ikut-ikutan saja, akan berada dalam keraguan, kehampaan, dan kegoncangan. Sehingga sulit untuk bersemangat mengerjakannya.

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

لكلِّ عملٍ شِرَّةٌ ولكلِّ شِرَّةٍ فَترةٌ فمَن كانَت فترتُهُ إلى سنَّتي فقد اهتَدى ومَن كانَت فترتُهُ إلى غيرِ ذلكَ فقَد هلَكَ

“Setiap amalan ada masa semangatnya, dan setiap masa semangat ada masa futurnya. Barang siapa yang futurnya di atas sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk. Barang siapa yang futurnya bukan di atas sunnahku, maka ia akan binasa.” (HR. Ahmad no. 6764, dishahihkan al-Albani dalam takhrij Kitabus Sunnah hal.51)

Hadits ini menunjukkan orang yang memahami sunnah Nabi akan selamat dari futur yang berkepanjangan, sehingga ia akan kembali semangat lagi melakukan ketaatan.

4. Memaksa Diri Lama-lama Jadi Kebiasaan

Kebaikan itu terkadang perlu dipaksakan di awal, agar kemudian menjadi kebiasaan baik selanjutnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّم االحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ

“Sifat al-hilm (tenang; bisa mengendalikan diri) didapatkan dengan at-tahallum (melatih diri agar hilm)” (HR. al-Bukhari secara mu’allaq dalam Shahih-nya [sebelum hadits no.68], Abu Nu’aim dalam al-Hilyah [5/198], dihasankan al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no.342)

Hadits ini menunjukkan bahwa sifat hilm (tenang) terkadang perlu dilatih dan dipaksakan agar sifat tersebut menjadi bagian dari tabiat dan sifat yang menempel kuat pada diri kita.

Demikian juga ibadah, perlu dipaksakan di awal agar kemudian menjadi tabiat dan kebiasaan, bahkan lama-kelamaan menjadi kebutuhan.

5. Cari Teman yang Rajin Ibadah

Allah ta’ala memerintahkan kita untuk senantiasa bersama dengan teman-teman yang baik dan bersabar dalam berteman dengan mereka:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. al-Kahfi: 28)

Karena ketika kita bersabar bergaul dengan teman-teman yang baik, sedikit demi sedikit kita akan terbiasa melakukan kebaikan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

الرَّجُلُ علَى دينِ خليلِهِ فلينظُر أحدُكُم من يخالِلُ

“Seseorang itu sesuai dengan keadaan agama khalil (teman dekat) nya. Maka hendaknya ia memperhatikan siapa teman dekatnya.” (HR. Abu Daud no. 4833, dihasankan al-Albani dalam Shahih al-Jami no.3545)

Maka carilah teman-teman yang semangat ibadah, dan bersabar bergaul dengan mereka. Niscaya lama-kelamaan kita akan menjadi orang yang semangat ibadah.

6. Banyak Ingat Mati dan Ingat Akhirat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

أكثِروا ذكرَ هادمِ اللَّذَّاتِ الموتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu maut.” (HR. at-Tirmidzi no. 2307, al-Albani dalam Shahih at-Targhib [3333] mengatakan: “hasan shahih“)

Orang yang senantiasa ingat kematian akan berusaha memperbanyak bekal untuk kehidupan setelah mati dan akan bersemangat melakukan ketaatan. Oleh karena itu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها

“Ingatlah kematian dalam shalatmu! Karena seseorang yang senantiasa mengingat mati dalam shalatnya, maka pasti ia akan memperbagus shalatnya. Dan shalatlah seperti shalat orang yang menyangka bahwa ia tidak akan bisa melaksanakan shalat yang selanjutnya.” (HR. ad-Dailami no.1755. Dihasankan al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no.1421)

7. Mulai dari yang Sedikit tapi Konsisten

Agar semangat beribadah bisa tumbuh, mulailah dari ibadah-ibadah yang sedikit namun lakukanlah secara konsisten. Dari Aisyah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

أحَبُّ الأعْمالِ إلى اللهِ تَعالَى أدْوَمُها

“Amalan yang paling Allah cintai adalah yang paling konsisten walaupun sedikit.” (HR. Bukhari no. 6465, Muslim no.783)

Misalnya, coba rutinkan membaca al-Qur’an sebanyak 1 lembar dalam sehari. Jika sudah bisa rutin demikian, tingkatkan lagi menjadi 2 lembar sehari. Dan seterusnya.

8. Berdoa Meminta Taufik kepada Allah

Jangan lupa untuk meminta taufik dan pertolongan dari Allah agar diberikan semangat beribadah. Karena hidayah untuk beribadah itu di tangan Allah dan atas pertolongan Allah semata kita bisa beribadah.

Oleh karena itu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan doa berikut ini kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، أَخَذَ بِيَدِهِ ، وَقَالَ :(( يَا مُعَاذُ ، وَاللهِ إنِّي لَأُحِبُّكَ )) فَقَالَ : (( أُوصِيْكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُوْلُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menarik tangannya Mu’adz sambil bersabda: Wahai Mu’adz, demi Allah aku mencintaimu. Aku nasehati engkau wahai Mu’adz, jangan sampai engkau tinggalkan di setiap selesai shalat untuk membaca doa: /Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika/ (Ya Allah, tolonglah aku agar bisa berdzikir kepada-Mu, dan bersyukur kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan baik).” (HR. Abu Daud no.1522, dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no.7969).***

 

Editor: Niken Nurfujitania

Tags

Terkini

Terpopuler