SUDUTBATAM.COM - Berikut ini adalah sejarah peringatan Hari Kartini, salah satu pahlawan Nasional.
Hari Kartini diperingati setia tanggal 21 April setiap tahunnya. Pada tahun ini Hari Kartini akan diperingati pada Jumat 21 April 2023.
Berkat Kartini, perempuan bukan lagi sosok yang hanya berdiam di rumah, mengurus suami dan anak.
Perempuan Indonesia bisa menjadi apa pun dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Baca Juga: Rekomendasi Gadget Mulai dari Harga Rp1 Jutaan dengan RAM yang Besar, Cek Selengkapnya di Sini
Daftar Peringatan Hari Penting Nasional
Selasa, 4 April 2023: Hari Lahir Persandian Nasional
Kamis, 6 April 2023: Hari Nelayan Nasional
Minggu, 9 April 2023: Hari Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara (TNI AU)
Selasa, 11 April 2023: Hari Kanker Tulang Nasional
Sabtu, 15 April 2023: Hari Zeni
Minggu, 16 April 2023: Hari KOPASSUS (Komando Pasukan Khusus)
Selasa, 18 April 2023: Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung
Rabu, 19 April 2023: Hari Pertahanan Sipil (HANSIP)
Baca Juga: Kemenkeu Pastikan ASN, TNI, Polri Hingga Pensiunan Terima THR dan Gaji 13, Ini Rincian dan Jadwalnya
Jumat, 21 April 2023: Hari Kartini
Sabtu, 22 April 2023: Hari Bumi
Senin, 24 April 2023: Hari Angkutan Nasional
Rabu, 26 April 2023: Hari Kesiapsiagaan Bencana
Kamis, 27 April 2023: Hari Bhakti Pemasyarakatan Indonesia
Jumat, 28 April 2023: Hari Puisi Nasional
Peringatan internasional April 2023
Sabtu, 1 April 2023: Hari Bank Dunia
Minggu, 2 April 2023: Hari Peduli Autisme Sedunia
Minggu, 2 April 2023: Hari Buku Anak Internasional
Senin, 3 April 2023: Hari Hewan Akuatik Sedunia
Rabu, 5 April 2023: Hari Hati Nurani Internasional
Jumat, 7 April 2023: Hari Kesehatan Sedunia
Jumat, 14 April 2023: Hari Penyakit Chagas Sedunia
Senin, 17 April 2023: Hari Hemofilia Sedunia
Minggu, 23 April 2023: Hari Buku Sedunia
Senin, 24 April 2023: Hari Solidaritas Asia-Afrika
Selasa, 25 April 2023: Hari Malaria Sedunia
Rabu, 26 April 2023: Hari Kekayaan Intelektual Sedunia
Jumat, 28 April 2023: Hari Kesehatan dan Keselamatan Kerja Internasional
Sabtu, 29 April 2023: Hari Tari Internasional.
Baca Juga: Contoh Kultum Ramadhan Tentang Malam Lailatul Qadar
Sejarah Hari Kartini
Kartini adalah pejuang emansipasi kaum perempuan. Jasanya membuat para perempuan Indonesia kini bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, berpartisipasi dalam kursi pemerintahan, atau bekerja dengan profesi tinggi dan kedudukannya setara dengan laki-laki.
Untuk menghormati dan mengingat perjuangan serta jasa Kartini, pemerintah kemudian menetapkan Hari Kartini setiap 21 April.
Hari Kartini mulai diselenggarakan sejak ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.
Keputusan tersebut bersamaan dengan ditetapkannya Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Selain itu, pemilihan 21 April sebagai Hari Kartini juga karena tanggal tersebut adalah hari kelahiran Kartini, yang jatuh pada 21 April 1879.
Dikutip dari jurnal “R.A Kartini: Emansipator Indonesia Awal Abad 20”, Raden Ajeng Kartini atau bernama asli Raden Ayu Kartini merupakan anak pasangan RMAA Sosroningrat dan M.A Ngasirah.
Ayahnya merupakan Bupati Jepara, seorang priyayi dan aristokrat. Sosroningrat dikenal sebagai bupati yang intelek dan pandai berbahasa Belanda.
Kemampuan bahasa Belanda itu kemudian menurun pada Kartini. Dia belajar secara otodidak dan mulai menulis surat dengan sahabat pena yang berasal dari Belanda. Kartini juga gemar membaca.
Salah satu buku bacaannya adalah buku berbahasa Belanda, seperti De Stille Kraacht karya Louis Coperus dan Die Waffen Nieder karya Berta von Suttner. Bacaan-bacaan itulah yang menumbuhkan pemikiran ala perempuan Eropa yang maju pada diri Kartini.
Sementara di Indonesia, pada saat itu, status sosial perempuan masih dipandang rendah.
Sayangnya, Kartini sama seperti perempuan pribumi yang malang tersebut. Setelah lulus dari Europeesche Lagere School, Kartini memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Namun keinginan itu sirna setelah orang tuanya menentang. Kartini lalu dipingit selama bertahun-tahun dan baru benar-benar diperbolehkan keluar pada 1898.
Awal perjuangan Kartini dimulai saat dia mendirikan sekolah khusus putri di Jepara. Di sekolah tersebut, mereka diajarkan cara menjahit, menyulam, dan memasak.
Kartini juga kerap menuliskan surat untuk temannya di Belanda bernama Rosa Abendanon, yang berisikan keinginannya untuk menaikkan derajat wanita Indonesia. Kartini bahkan bercita-cita untuk menjadi seorang guru, meski keinginan tersebut tak pernah terwujud karena dia harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang.
Suami Kartini sangat mendukung cita-citanya. Kartini diizinkan membangun sebuah sekolah khusus putri di Rembang (sekarang jadi Gedung Pramuka).
Sebelum Kartini sempat melihat buah dari perjuangannya, dia mengembuskan napas terakhir setelah melahirkan putranya bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan, tepatnya pada 17 September 1904.
Jasad Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Untuk mengenang sosoknya sebagai pahlawan emansipasi, didirikanlah Sekolah Kartini di berbagai daerah, seperti di Semarang, Malang, Yogyakarta, Madiun, dan Cirebon.
Surat-surat yang Kartini kirimkan pada para sahabat penanya di Belanda dikumpulkan dan dibuat menjadi buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.***