Contoh Teks Eksplanasi Tema Kebakaran Hutan dan Budaya, Lengkap Beserta Strukturnya

27 November 2022, 12:55 WIB
10 Contoh Teks Editorial Terbaru 2022, Materi Bahasa Indonesia Terlengkap dengan Berbagai Macam Tema /Pexels/Porapak Apichodilok/

SUDUTBATAM.COM - Di bawah ini merupakan kumpulan contoh teks eksplanasi lengkap dengan strukturnya.

Contoh teks eksplanasi lengkap dengan strukturnya, tema tentang kebakaran hutan dan budaya.

Sebagaimana diketahui bahwa teks eksoplanasi merupakan salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia.

Siswa biasanya akan diminta gurunya untuk membuat teks eksplanasi singkat dan strukturnya.

Simak contoh contoh teks eksplanasi tentang budaya di bawah ini.

1. Kebakaran Hutan

Pernyataan Umum

Kebakaran hutan adalah sebuah fenomena alam yang merugikan untuk lingkungan. Fenomena ini ditandai adanya kobaran api dengan intensitas tinggi di area hutan yang kemudian api tersebut melahap pepohonan di sana. Akibatnya, kualitas udara serta lingkungan menjadi buruk dan bisa mengancam kehidupan di dalamnya.

Urutan Sebab Akibat

Kebakaran hutan tidak terjadi begitu saja tanpa sebab. Berdasarkan kejadiannya, fenomena ini bisa dibagi menjadi tiga jenis, yakni kebakaran permukaan, tajuk, dan api tajuk. Ketiga macam kebakaran hutan tersebut memiliki penyebab dan dampak yang berbeda-beda untuk keberlangsungan makhluk hidup di sekitarnya.

Kebakaran permukaan adalah jenis kebakaran hutan yang hanya melahap dasar lantai hutan saja. Dalam kasus ini adalah semak belukar, ilalang, dan tanaman lain yang tidak terlalu tinggi. Kebakaran ini mudah menyebar karena sifat semak-semak kering, namun juga mudah untuk dipadamkan.

Sedangkan kebakaran tajuk adalah jenis fenomena alam yang membakar seluruh tanaman (pepohonan, ilalang, semak, dan lain-lain) di area hutan tersebut. Jenis kebakaran hutan tajuk sangat sulit dipadamkan karena apinya juga turut melahap pepohonan. Sementara itu, kebakaran api tajuk ialah jenis yang melahap lapisan organik yang letaknya di bawah permukaan. Persebaran api dari jenis kebakaran yang satu ini berjalan sangat lamban.

Terlepas dari jenis-jenis di atas, kebakaran hutan bisa disebabkan oleh dua faktor utama yang datang dari manusia dan murni karena alam. Faktor alam yang dimaksud seperti kekeringan berkepanjangan, yang akhirnya menimbulkan titik-titik api. Manusia juga turut serta menciptakan kebakaran dengan membuang putung rokok sembarangan, sengaja melakukan pembakaran untuk membuka lahan, dan lain sebagainya.

Akibatnya, terjadilah pencemaran lingkungan, seperti asap yang menyebabkan polusi udara, jarak pandang berkurang akibat kabut asap, air sungai menjadi tidak jernih, dan lain sebagainya. Asap pembakaran yang terhirup masuk ke tubuh bisa menyebabkan beragam penyakit pernafasan seperti ISPA. Belum lagi kandungan gas berbahaya, yang mungkin saja ikut terbawa oleh asap.

Interpretasi

Kebakaran hutan lebih banyak terjadi di negara-negara tropis di sekitar garis khatulistiwa. Selain karena faktor alam, fenomena ini juga disebabkan oleh ulah manusia yang kurang bertanggung jawab. Padahal, dampak pembakaran bisa membahayakan lingkungan, ekosistem, dan makhluk hidup termasuk manusia. Sebagai seorang manusia beradab, harus bisa mengedukasi pentingnya menjaga hutan sebagai paru-paru dunia.

 

2. Budaya

Pernyataan Umum

Setiap suku budaya di Indonesia tidak terkecuali Sunda, memiliki budaya dan adat prosesi pernikahan tersendiri yang berbeda dari suku lain. Prosesi tersebut merupakan serangkaian kegiatan upacara yang memiliki berbagai simbol kebaikan bagi pasangan mempelai. Lalu bagaimana budaya prosesi pernikahan adat sunda dilaksanakan? Berikut adalah rangkaian penjelasannya.

Sebab Akibat

Prosesi pertama yang dilaksanakan adalah penjemputan calon pengantin pria oleh pihak keluarga mempelai wanita. Tentunya prosesi ini dilakukan karena tuan rumah dari pernikahan adat sunda memang dari pihak perempuan. Prosesi ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap mempelai pria dengan menjemput dan menyambutnya, berbeda dengan tamu yang hanya ditunggu kehadirannya saja.

Sesampainya di tempat acara pernikahan, calon mempelai pria disambut oleh ibu dari calon mempelai wanita dengan mengalungkan bunga melati dilehernya. Kemudian, calon mempelai wanita berjalan ke pelaminan sembari ditemani dan diapit oleh kedua orang tua.

Selanjutnya, akad nikah dilaksanakan untuk meresmikan hubungan kedua mempelai. Baik secara adat, hukum/negara, dan tentunya, agama.

Setelah akad nikah dilaksanakan maka kedua mempelai melakukan sungkeman kepada orangtua. Hal ini dilakukan untuk meminta maaf terhadap berbagai kesalahan dan simbol perpisahan karena kedua mempelai akan meninggalkan rumah orangtua dan memulai keluarga baru dengan pasangannya.

Setelah sungkeman upacara adat dimulai dengan saweran. Yakni, pelemparan uang logam, beras, kunyit, hingga permen terhadap pengantin yang dipayungi. Saweran dibarengi nasihat-nasihat yang diiringi kidung dan tamu boleh memperebutkan koin yang berserakan. Uang logam dan beras melambangkan kemakmuran. Sementara itu, kunyit adalah simbol kejayaan. Sedangkan permen melambangkan manisnya kehidupan berumah tangga.

Prosesi dilanjutkan dengan upacara Meuleum Harupat atau membakar batang harupat oleh mempelai pria. Sesudah terbakar, batang harupat dimasukkan ke dalam kendi berisi air yang dipegang mempelai wanita untuk diangkat kembali setelah padam dan dipatahkan lalu dibuang. Prosesi ini bermakna kedua mempelai diharapkan senantiasa memecahkan persoalan rumah tangga dengan cara bekerjasama. Mempelai wanita yang memegang kendi air menyimbolkan peran istri untuk mendinginkan persoalan yang membebani hati dan pikiran suami.

Upacara selanjutnya adalah Nincak Endog atau menginjak telur. Mempelai pria menginjak telur hingga pecah, kemudian sang istri akan membersihkan kaki sang suami. Simbolnya sudah jelas bahwa ketika suami mengalami masalah sang istri akan membantu memecahkannya.

Selanjutnya giliran orangtua yang melaksanakan upacara, yakni ritual ngaleupas japati atau melepas merpati. Simbolnya bermakna pelepasan tanggung jawab orangtua terhadap mempelai yang akan memulai keluarganya sendiri.

Kemudian upacara diambil alih kembali oleh kedua mempelai dengan adat Muka Panto yang artinya buka pintu. Ritual diawali dengan mempelai pria yang mengetuk pintu tiga kali, lalu dilakukan sahut-sahutan pantun dari luar dan dalam pintu rumah.

Pada akhirnya kedua mempelai kembali duduk di atas pelaminan sambil melaksanakan upacara Huap Lingkup yang dilakukan dengan menyuapi pasangan pengantin oleh kedua pasang orang tua. Prosesi ini melambangkan tidak adanya perbedaan antara kasih sayang terhadap anak dan menantu.

Prosesi terakhir yang terakhir adalah Pabetot Bakak Hayam. Kedua pengantin saling tarik-menarik ayam bakar dan yang berhasil mendapat bagian lebih besar harus berbagi dengan pasangannya. Prosesi ini bermakna bahwa rezeki yang didapatkan oleh istri atau suami harus dinikmati bersama.

Interpretasi

Upacara adat pernikahan adalah budaya yang patut untuk dilestarikan oleh kita. Melestarikannya bukan hanya dengan melaksanakannya saja, apalagi jika kita bukan merupakan keturunan suku Sunda. Namun, menjaganya dapat berarti mengapresiasinya dengan sungguh-sungguh dan mempelajari simbol-simbol positifnya pula.

Itulah dua contoh teks eksplanasi terbaru lengkap dengan strukturnya.***

Editor: Niken Nurfujitania

Tags

Terkini

Terpopuler