Pengertian Teks Editorial Serta Contoh Tentang Ekonomi, Dapat Jadi Refrensi Belajar

6 Desember 2022, 13:30 WIB
Pengertian Teks Editorial Serta Contoh Tentang Era Gelap Perekonomian SUDUTBATAM.COM- Membaca berita saat ini tidak seperti dulu lagi yang hanya berfokus pada koran dan berita di televisi. Kini siapapun bisa mengakses berita dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan handphone misalnya, ada /Pixabay.com/652234 /

SUDUTBATAM.COM- Membaca berita saat ini tidak seperti dulu lagi yang hanya berfokus pada koran dan berita di televisi.

Kini siapapun bisa mengakses berita dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan handphone misalnya, ada banyak portal berita online yang menyajikan berita terkini yang dengan mudah dapat diperoleh.

Koran maupun media online yang menerbitkan berita, tak hanya berisi reportase tulisan dari wartawan saja, tetapi ada juga tulisan dari seorang pemimpin redaksi atau orang yang mewakili dari media itu sendiri. Tulisan itu disebut sebagai tajuk rencana atau teks editorial.

Baca Juga: Setelah Lakukan 100 Ribu Simulasi, Alat Canggih Ini Prediksi Brazil Juara Piala Dunia 2022

Pengertian Teks Editorial

Teks editorial adalah teks yang berupa opini untuk menanggapi suatu isu yang sedang terjadi di masyarakat.

Jika teks berita bersifat objektif berdasarkan fakta dan peristiwa, teks editorial sifatnya berupa pendapat yang sifatnya argumentatif dengan dukungan data.

Berbeda dengan opini, teks editorial berisi pendapat yang mewakili sebuah redaksi media massa, bukan pendapat pribadi dari penulisnya.

Teks editorial dapat menjadi gambaran dari ideologi sebuah media massa dalam menanggapi isu-isu tertentu.

Jenis Teks Editorial

Berikut jenis teks Editorial
1. Interpretative Editorial
Teks yang menjelaskan makna isu peristiwa yang terjadi dimasyarakat dan diangkat oleh media massa

Editorial interpretatif bisa bersifat positif, negatif, atau netral dalam pendekatan tergantung pada keadaan dan perlakuan penulis editorial terhadap suatu isu.

2. Controversial Editorial
Tulisan yang berisi pendapat dari sudut pandang penulis terhadap suatu kejadian yang terjadi dimasyarakat.

Editorial ini pada umumnya dapat meyakinkan pembaca pada kecenderungan atau keniscayaan dari suatu isu tertentu. Sebaliknya, sudut pandang yang berlawanan dari hal tersebut akan digambarkan secara negatif.

Baca Juga: Jadwal Kapal KM Dharma Kencana 7 Makassar ke Surabaya Bulan Desember 2022, Lengkap Harga Tiketnya

3. Eksplanatory Editorial

Teks editorial yang menyajikan masalah atau isi yang sedang berkembang di masyarakat tanpa memberikan pendapat atau tanggapan dari isu tersebut dan menyerahkan sepenuhnya kepada pembaca

Jenis editorial ini hanya merangsang pembaca untuk terprovokasi mengenai kepentingannya dari suatu isu yang disajikan. Umumnya, masalah yang dipilih, yaitu kepentingan terkait sosial, politik, dan ekonomi, sehingga pembaca dapat mudah untuk menilai dan membayangkan solusinya.

Setelah mengetahui apa teks editorial, dan jenisnya, berikut contoh teks editorial yang bisa dipelajari.

Contoh Teks Editor Tentang Menghadapi Era Gelap Ekonomi

Tesis

Dunia di ambang resesi. Sejumlah pengamat ekonomi, Bank Dunia, maupun Dana Moneter Internasional (IMF) telah melihat potensi ke arah itu.

Indikatornya, kata mereka, antara lain semakin melambatnya perekonomian di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat, sebagian wilayah Eropa, dan Tiongkok.

Selain itu, inflasi yang bergerak cepat di sejumlah negara juga berpotensi memperparah krisis. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut roda perekonomian di wilayah Eropa melambat karena harga gas alam melonjak sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Contoh Teks Anekdot Lengkap dengan Pengertian dan Ciri-cirinya

Sementara itu, perlambatan ekonomi Tiongkok terjadi akibat kebijakan zero COVID policy dan volatilitas (melonjaknya harga) di sektor properti.

IMF memprediksi sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi setidaknya dua kuartal berturut-turut tahun ini dan tahun depan. Itu artinya, resesi global membayang di depan mata. Dunia pun menghadapi era kegelapan ekonomi.

Argumentasi

Pada The 1st Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa 11 Oktober malam waktu setempat atau Rabu WIB, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan hal yang kurang lebih senada.

Dia menyebut krisis pangan akan menghampiri dunia dalam kurun waktu 8–12 bulan ke depan. Kondisi itu, kata dia, diperparah dengan ketersediaan pasokan pupuk sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina.

Dalam menyikapi hal tersebut, Presiden Jokowi memerintahkan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) untuk membuat kajian yang cepat tentang antisipasi yang dapat dilakukan pemerintah dalam melakukan mitigasi krisis energi, pangan, dan keuangan, baik makro maupun mikro.

Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto dalam kanal Youtube Sekretariat Presiden, kemarin, mengatakan Presiden mendorong lembaganya untuk fokus melakukan kajian dalam lima hal, yaitu konsolidasi demokrasi, transformasi digital, ekonomi hijau, ekonomi biru, dan Ibu Kota Negara (IKN).

Titah Presiden ini tentu harus dilaksanakan sungguh-sungguh. Pemerintah memang harus punya cetak biru untuk mengantisipasi krisis, sehingga dapat mengambil sejumlah langkah yang tepat.

Berbeda halnya ketika pandemi COVID-19, di saat seluruh negara tidak siap, kali ini sejumlah lembaga internasional maupun para pakar telah memberi warning tentang ancaman resesi global.

Peringatan ini tentu harus ditindaklanjuti dengan menyiapkan sejumlah langkah strategis yang melibatkan sejumlah instansi/lembaga terkait.

Selain membuat kajian untuk memitigasi risiko di tengah ketidakpastian ini, langkah lain yang diperlukan ialah meningkatkan kolaborasi, baik di tingkat nasional maupun global. Seperti halnya saat pandemi, tidak ada satu pun negara yang bisa menghindar dari situasi sulit itu.

Apalagi di era inflasi dan suku bunga tinggi seperti sekarang ini, tentu dibutuhkan adanya kerja sama di antara negara-negara di dunia.

Sikap egois akan membuyarkan semua upaya keluar dari kondisi yang oleh para pengamat disebut sebagai perfect long storm (badai panjang yang sempurna).

Di dalam negeri, seluruh elemen bangsa juga harus merapatkan barisan. Apalagi antarinstansi pemerintah.

Tidak boleh ada ego sektoral, baik di antara kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Tiap-tiap kepala daerah harus mampu membangun situasi sosial dan politik yang kondusif untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama dengan menekan laju inflasi, menjaga pasokan dan ketersediaan pasokan pangan maupun energi.

Selain menjaga stabilitas, langkah lain yang diperlukan ialah berhemat. Kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah harus mengencangkan ikat pinggang. Kurangi anggaran untuk proyek-proyek yang tidak perlu. Lebih baik dana itu disimpan untuk membantu masyarakat bila krisis betul-betul terjadi.

Penegasan ulang (reiteration)

Sejauh ini, Indonesia memang belum terdampak krisis. Direktur Pelaksana IMF bahkan mengapresiasi Indonesia yang bisa meraih pertumbuhan ekonomi tinggi di tengah kondisi dunia yang berat. Indonesia, kata dia, ibarat titik terang di tengah kondisi ekonomi global yang memburuk. Namun, pujian ini jangan membuat kita lengah dan terlena. Kewaspadaan dan kehati-hatian perlu agar kita tidak terombang-ambing dan tenggelam dalam badai.

Itulah contoh Teks Editorial tentang Era Global Perekonomian.***

Editor: Niken Nurfujitania

Tags

Terkini

Terpopuler