Pengertian Singkat dan Struktur Terbaru dari Contoh Teks Editorial 2022 untuk Referensi Belajar

- 4 November 2022, 07:15 WIB
Pengertian Singkat dan Struktur Terbaru dari Contoh Teks Editorial 2022 untuk Referensi Belajar.
Pengertian Singkat dan Struktur Terbaru dari Contoh Teks Editorial 2022 untuk Referensi Belajar. /Pexels/Startup Stock Photos/

SUDUTBATAM.COM - Berikut adalah pengertian singkat dan struktur terbaru dari contoh teks editorial 2022 untuk dijadikan referensi belajar.

Pengertian contoh teks editorial adalah sebuah artikel dalam surat kabar yang merupakan pendapat atau pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa yang aktual atau sedang menjadi perbincangan hangat pada saat surat kabar itu diterbitkan.

Isu atau masalah aktual itu dapat berupa masalah politik, sosial,
maupun masalah ekonomi yang berkaitan dengan politik.

Adapun contoh teks editorial yang dapat diangkat misalnya tentang kenaikan BBM,
reshuffle kabinet, kebijakan impor, dan lain sebagainya.

Biasanya contoh teks editorial biasanya akan muncul secara rutin di koran atau majalah.

Teks editorial merupakan opini atau pendapat yang ditulis oleh redaksi sebuah media terhadap isu aktual di masyarakat.

Baca Juga: Jadwal Kapal PELNI KM Tilongkabila Bulan November 2022 Rute Makassar ke Bau-Bau dan Raha Serta Harga Tiket

Opini yang diulis oleh redaksi tersebut dianggap sebagai pandangan resmi suatu penerbit atau media terhadap suatu isu aktual.

Adapun opini dalam contoh teks editorial berupa:

a. Kritik

Contoh: Kenaikan tarif dasar listrik tidaklah logis.

b. Penilaian

Contoh: Pemerintah tidak memerhatikan masyarakat
kalangan bawah yang berpenghasilan terbatas, apalagi untuk membayar beban listrik yang mereka gunakan.

c. Prediksi

Contoh: Jika biaya tarif dasar listrik naik, maka akan disusul kenaikan harga maupun biaya operasional di segala bidang.

d. Harapan

Contoh:Sebaiknya pemerintah mempertimbangkan kembali rencana kebijakan kenaikan tarif dasar listrik tersebut.

e. Saran

Contoh: Jika memang kenaikan tersebut urgent dilakukan, alangkah bijaksananya jika pemerintah juga dengan pemberian subsidi kepada masyarakat menengah ke bawah di sektor yang lain, misalnya bidang kesehatan.

Meskipun teks editorial adalah opini atau pendapat, namun dalam penulisannya tidak bisa sembarangan. Penulisan pendapat atau opini harus dilengkapi dengan fakta, bukti dan argumentasi yang logis.

Berikut ini salah satu contoh teks editorial yang dilansir Sudut Batam dari e-Modul Bahasa Indonesia Kemendikbud.

Di sebuah harian nasional, Selasa 22 Mei 2019 Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2019, sebuah momentum yang digalang
World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure”.

Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia,
yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?

Bagi masyarakat Indonesia yang belakangan ini dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya, persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Apakah karena dianggap kurang menarik sehingga
tidak ada yang mau peduli?

Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli.

Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi.

Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi. Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja.

Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.

Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia.

Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi. Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi.

Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner.

Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.

Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas.

Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan
sosial.

Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan.

Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.

Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat.

Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.

Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar.

Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik
mengenai hal itu.

Itula contoh dan pengertian tentang teks editorial yang dapat dijadijadikan sumber refrensi belajar.***

Editor: Iwan Sahputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah