Industri Solar Panel dan Fotovoltaik di Rempang, Kesempatan Indonesia Jadi Pusat Produksi Dunia

- 20 September 2023, 11:50 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. /IST

SUDUTBATAM.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada potensi investasi yang luar biasa di Pulau Rempang.

Menurut Luhut, investasi yang akan ada di Pulau Rempang terkait energi listrik atau Fotovoltaik, yang bersumber dari cahaya matahari.

"Di Rempang itu ada potensi yang bagus, karena apa? Karena di situ nanti kau bikin Fotovoltaik. Jadi solar panel dan jadi semu konduktor kan bagus," kata dia, di Hotel Pullman, Jakarta Barat, Selasa (19/9/2023).

Baca Juga: Melihat Rempang & Teori Balon Bj Habibie: Pemerintah Tak Akan Sengsarakan Masyarakat

Fotovoltaik adalah teknologi pengubahan energi dari sinar matahari menjadi energi listrik secara langsung. Peralatan fotovoltaik berbentuk kumpulan sel surya yang disusun secara seri atau paralel dan disatukan menjadi modul surya.

Aplikasi fotovoltaik diwujudkan menggunakan panel surya untuk energi dengan mengubah sinar matahari menjadi listrik. Kini permintaan dunia terus meningkat terhadap sumber energi bersih, pembuatan panel surya dan fotovoltaik.

Karena itu, Luhut berharap, konflik lahan yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat Rempang, tidak sampai membuat rencana investasi produsen kaca asal China, Xinyi Group, kabur dari Indonesia dan beralih ke negara lain.

Dia berharap Indonesia dapat belajar dari pengalaman sebelumnya, sehingga dapat terus berbenah memperbaiki diri dalam menyambut berbagai macam jenis investasi yang coba ditanamkan oleh para investor di Tanah Air.

"Ya kita harapkan jangan (pindah investasinya) lah. Dulu kan kekonyolan kita juga (sehingga investasi) lari ke tempat lain. Jadi kita juga harus introspeksi, apa yang salah. Kalau kita salah, ya kita perbaiki," kata Luhut.

Sebagai perusahaan kaca terbesar di dunia dengan pangsa pasar mencapai 20 persen, Xinyi telah berkomitmen membangun industri di Rempang Eco City, Batam, yang juga akan menjadi pabrik kedua terbesar di dunia setelah China. Karenanya, pemerintah pun menetapkan proyek pembangunan Rempang Eco City tersebut sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).

Luhut meyakini, realisasi investasi Xinyi Group itu akan berdampak besar bagi Indonesia. Selain dapat membuka lapangan pekerjaan, alih teknologi, investasi tersebut diyakini juga akan mendorong peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam produksi photovoltaic (PV), panel surya, dan semikonduktor.

Karenanya, Luhut berharap bahwa keberadaan investor asal China itu akan mampu menjadikan Indonesia, sebagai pusat atau hub produksi bagi kebutuhan PV, panel surya, dan semikonduktor.

"Kita itu jadi pusat karena sekarang ada pertikaian dari negara-negara besar, makanya kita menjadi alternatif. Bahwa ada yang kurang lebih di kita, jangan mau terus main-main. Istilahnya, tikus mati dalam lumbung padi," ujar Luhut.

Sebelumnya, Menteri Investasi / Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI Bahlil Lahadalia terus berupaya menyelesaikan persoalan proyek strategis nasional Rempang Eco-city di Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

Setelah Minggu (17/9/2023) malam lalu mengunjungi kediaman tokoh masyarakat di Pulau Rempang Gerisman Ahmad, untuk mencari solusi, Senin (18/9/2023) Bahlil mengulangi kunjungannya ke Kampung Rempang dan kemudian berdialog dengan tokoh-tokoh Pulau Rempang.

“Solusinya Alhamdulillah sudah kita dapatkan, di mana hak-hak rakyat tetap kita jaga, hak-hak kultural sebagai hak kesulungan juga kita hargai. Namun andaikan ada pergeseran tetap masih di wilayah Pulau Rempang dan kita juga sudah setujui,” jelasnya.***

Editor: Iwan Sahputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah