Warga Sempadan Bertransisi Jadi Pengekspor Rumput Laut, Ditopang 'Ikan' Sekaligus 'Kail' dari PLN Batam

- 15 Desember 2021, 20:56 WIB
Rengkam yang dijemur warga Amat Belanda, Belakangpadang, Batam.
Rengkam yang dijemur warga Amat Belanda, Belakangpadang, Batam. /Sudutbatam / Fadhil/

"Kami juga menyiapkan rengkam untuk dieskpor ke Jepang," ungkapnya.

Azhari menyebut, rumput laut yang dikumpulkan penduduk dari Pulau Amat Belanda, sudah beberapa kali diekspor. Pertama, sebanyak 25 ton pada November 2020, lalu ekspor kedua pada Desember 2020 sebanyak 50 ton, dan Januari 2021 lalu sebanyak 75 ton.

"Kami terus lakukan pembinaan, tak hanya di Pulau Amat Belanda saja, kami juga coba di pulau-pulau lain agar rumput laut ini menjadi penopang ekonomi anak-anak pulau sehingga bisa mandiri di kampung sendiri," tuturnya.

Sejak menjadi pengekspor rumput laut, pendapatan warga juga bertambah. Jika sebelumnya saat menjadi nelayan warga rata-rata hanya mendapatkan hasil sekitar Rp 50 ribu per hari, kini pendapatan naik beberapa kali lipat.

"Pengasilan warga bervariasi, kalau bisa dapat banyak (rengkam), kadang ada yang mencapai Rp 260 ribu per hari," sebut Azhari.

Naiknya rata-rata pendapatan warga tersebut, tak dibantah oleh Umsari, warga Pulau Amat Belanda lainnya yang juga beralih dari nelayan menjadi pengolah rengkam. Menurutnya, rumput laut coklat itu memberinya penghasilan yang lumayan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Alhamdulillah, ini berkah bagi kami. Dulu kami hanya melaut (pergi ke laut) untuk mencari ikan, sekarang kami diajari mengelola rengkam jadi uang," ujar Umsari sembari tersenyum.

Wanita paruh baya itu mengaku, di usianya yang tak lagi muda, mencari ikan hingga ke tengah laut tentu sangat berisiko. Terlebih, suaminya juga mulai sakit-sakitan. Sehingga, baginya lebih mudah mengumpulkan rengkam yang mudah ditemui di perairan, baik itu di tengah lautan maupun di kawasan pesisir. Bahkan, ia mengaku mampu mengumpulkan minimal 50 kilogram (kg) dalam sehari. Rengkam yang didapat bisa lebih banyak jika mencarinya menggunakan kapal yang berukuran lebih besar karena bakal muat lebih banyak.

"Kalau sudah terkumpul banyak, kadang sampai 1 ton, baru kami jual ke pengepul untuk diekspor. Harga ke pengepul yang kering itu Rp 1.300 per kg," sebutnya.

Jadi Primadona Warga Pulau, Sumbang Devisa Negara

Halaman:

Editor: Fadhil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x