Contoh Kultum Ramadhan Tema Tujuan Puasa, Singkat dan Mudah Diingat

- 12 Maret 2024, 10:35 WIB
Kultum Ramadhan Tentang Keistimewaan Puasa dan Tujuan Puasa
Kultum Ramadhan Tentang Keistimewaan Puasa dan Tujuan Puasa /Pixabay/Skitterphoto/

SUDUTBATAM.COM – Berikut ini kultum Ramadhan tentang keistimewaan puasa dan tujuan puasa.

Kultum adalah sebuah kegiatan yang menyampaikan pesan kepada umum namun hal ini biasanya di sampaikan pada Bulan Ramadhan.

Kultum biasanya disampaikan pada waktu buka puasa, menjelang shalat tarawih setelah sholat witir, niatnya kegiatan ini berguna untuk mengisi waktu puasa dengan hal positif.

Dengan begitu ilmu yang didapatkan juga banyak dan beragam, karena ilmu bukan hanya bisa didapatkan di sekolah namun juga di luar.

Itulah kultum ramadhan tentang keistimewaan puasa dan tujuan puasa.

Contoh 1 Keistimewaan Puasa

Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa puasa memiliki beberapa keistimewaan dibanding ibadah-ibadah pada umumnya. Salah satu hadits yang menjelaskan kelebihan puasa dibanding ibadah lainnya adalah hadits qudsi berikut,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَام، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ

Artinya, "Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya.”

Secara substansi hadits qudsi tersebut ingin menyampaikan bahwa ibadah puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Kata “untuk-Ku” adalah bentuk penyandaran ibadah puasa kepada Allah swt yang menunjukkan betapa puasa merupakan ibadah yang memiliki kedudukan lebih dibanding ibadah lainnya.

Dalam beberapa hal, penyandaran sesuatu kepada Allah swt juga terjadi. Seperti kata Ka’bah yang memiliki nama lain Baitullah (rumah Alllah). Kata bait disandarkan pada kata Allah. Ini menunjukkan bahwa Ka’bah merupakan tempat yang memiliki kedudukan tinggi dibanding tempat-tempat lainnya.

Dari hadits tersebut, ada satu hal yang perlu kita garis bawahi yaitu kalimat “karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya”.

Kalau kita cermati, pasti muncul sebuah pertanyaan besar; bukankah semua ibadah itu akan dibalas oleh Allah swt? Lalu mengapa dalam hadits di atas seolah hanya puasa yang langsung dibalas oleh-Nya? Seolah menegasikan ibadah-ibadah yang lainnya.

Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan hadits tersebut. Mengapa puasa memiliki keistimewaan di sisi Allah swt dibanding amal ibadah lainnya? Berikut beberapa pendapat di antaranya.

Pertama, puasa adalah ibadah yang tidak bisa terjerumus dalam riya (pamer). Puasa merupakan ibadah yang bersifat abstrak. Artinya ibadah puasa tidak memiliki gerakan yang bisa membedakan antara orang yang sedang berpuasa dengan yang tidak.

Berbeda dengan ibadah lainnya. Seperti shalat, haji, zakat dan lainnya. Antara orang yang sedang shalat dengan yang tidak, bisa kita bedakan dengan mudah, karena shalat bisa dilihat dengan gerakan yang bisa membedakan mana yang sedang shalat dan mana yang bukan.

Antara orang yang sedang melaksanakan haji dengan yang tidak juga demikian, karena haji memiliki gerakan yang bisa membedakan antara mana yang sedang haji dan mana yang bukan. Meskipun puasa bisa terjerumus dalam sifat riya (pamer), itu pun hanya bisa diungkapkan dengan ucapan.

Misal ada orang berpuasa, dengan maksud memamerkan puasanya, ia berkata, “Saya ini sedang berpuasa, loh.” Tapi, sekali lagi, itu hanya bisa diperlihatkan dengan ucapan. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bila terjerumus dalam riya melalui gerakan atau pun ucapan.

Kedua, puasa mampu melumpuhkan setan. Saat sedang berpuasa, maka kita akan menahan diri untuk tidak makan dan minum sampai waktu magrib tiba.

Ketika makanan dan minuman tidak masuk dalam tubuh, maka nafsu (syahwat) dalam diri akan terkendali. Sementara nafsu (syahwat) merupakan pintu masuk utama bagi setan untuk menjerumuskan manusia dalam lembah maksiat.

Ketiga, pahala puasa lebih besar dibanding ibadah lainnya. Menurut Al-Qurtubi, setiap amal ibadah sudah ditentukan besar pahala yang diperoleh, dari mulai dilipatkan 10 kali, 700 kali, dan sampai yang Allah kehendaki.

Keempat, pahala melihat Allah SWT. Dalam kitab Durrah an-Nashihin (hal. 13), Syekh Utsman Syakir dengan mengutip pernyataan Abul Hasan menjelaskan, bahwa semua amal ibadah akan mendapatkan balasan berupa surga. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah bersua langsung dengan Allah swt di akhirat nanti, tanpa ada penghalang apapun.

Contoh 2 Tujuan Puasa

Saudara muslimku yang berbahagia, sesungguhnya kita mendapatkan rahmat dan berkat yang luar biasa dari Allah SWT, yang mana hingga pada hari ini, kita masih diberi kesempatan untuk merasakan kenikmatan ibadah di bulan suci ramadhan.

Berpuasa menjadi ibadah yang wajib untuk kita lakukan. Tujuan menjalankan puasa ramadhan yaitu untuk mendapat derajat taqwa di sisi Allah. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 18).

Dari ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa kewajiban berpuasa telah ada bahkan sejak zaman dahulu. Bahkan, puasa sudah dikenal bahkan sejak zaman Mesir Kuno dan bahkan meluas sampai ke Yunani hingga Romawi. Allah pun mengabarkan kepada umat Rasulullah, bahwa puasa hukumnya wajib. Ketika tahu bahwa puasa hukumnya wajib, maka hal ini akan terasa ringan dilaksanakan.

Bentuk ketaqwaan seorang muslim juga dapat dilihat dari caranya berpuasa. Pertama, orang yang berpuasa wajib meninggalkan perkara yang dilarang oleh Allah, entah itu makan, minum, jima’ dan lain-lain.

Kedua, orang berpuasa sebenarnya mampu melakukan kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi. Akan tetapi, orang yang memahami hakikat bulan ramadhan tentu akan lebih memilih untuk memperbanyak amal ibadah dibanding melakukan sesuatu yang tidak berfaedah. Hal ini juga dapat menjadi latihan emosional sekaligus spiritual yang berguna untuk mengasah ketaqwaan.

Ketiga, orang yang berpuasa dan kuat imannya akan lebih sadar bahwa Allah SWT mengawasinya. Sehingga, mereka akan lebih mampu mengendalikan diri untuk menahan hawa nafsu dan meninggalkan perkara yang membuat Allah murka.

Selain itu, berpuasa di bulan ramadhan juga dapat memberikan hikmah tersendiri bagi muslim yang taat menjalankannya. Hikmah tersebut yaitu:

Mendekatkan diri kepada Allah, mengendalikan hawa nafsu, membiasakan hidup teratur, disiplin waktu, melatih rasa empati dan menumbuhkan kasih sayang, kesetaraan bagi yang kaya dan miskin, melatih berakhlak mulia, dan melatih kecerdasan emosional.

Itulah kultum ramadhan tentang keistimewaan puasa dan tujuan puasa.***

Editor: Niken Nurfujitania


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x