Indonesia Penyumbang Kasus Kusta Ketiga di Dunia

- 4 Februari 2022, 22:00 WIB
SEORANG Kakek penderita kusta terbaring lemas di sebuah gubuk reyot sebelum akhirnya diselamatkan oleh Tim Satgas Yonif 132
SEORANG Kakek penderita kusta terbaring lemas di sebuah gubuk reyot sebelum akhirnya diselamatkan oleh Tim Satgas Yonif 132 /tniad.mil.id/

SUDUTBATAM.COM - Kusta masih menjadi masalah kesehatan yang kompleks. Sebab, masih ada enam provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta. Prevalensi kusta di keenam provinsi tersebut masih di atas 1 per 10.000 penduduk.

"Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, kompleks, dan memerlukan perhatian semua pihak. Saat ini, masih ada enam provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta," Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono.

Keenam provinsi tersebut yakni Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sementara di tingkat kabupaten/kota, total masih ada 101 kabupaten/kota yang belum eliminasi kusta.

Indonesia masih menjadi penyumbang kasus kusta nomor 3 di dunia setelah India dan Brazil. Di tahun 2021 ada 7.146 penderita kusta baru, dengan proporsi anak sebesar 11 persen sesuai data per 24 Januari 2022.

Kementerian Kesehatan menargetkan eliminasi kusta di tahun 2024 mendatang. Namun, upaya eliminasi kusta di Tanah Air masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya, masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap keluarga dan penderita kusta.

Akibat dari stigma ini, pasien kusta tidak dapat melanjutkan pendidikan, sulit mendapat pekerjaan, diceraikan oleh pasangan, dikucilkan oleh lingkungan, ditolak di fasilitas umum bahkan fasilitas pelayanan kesehatan. Sehingga penderita semakin sulit dideteksi dan diobati.

"Deteksi dini dan pengobatan segera penderita kusta sangat penting. Kecacatan akan terjadi jika gejala atau manifestasi kusta tidak diobati segera. Akibat lainnya, timbul permasalahan ekonomi dan stigmatisasi pada penderita serta keluarganya," tuturnya.

Sementara itu, Sri Linuwih Menaldi dari Persatuan Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia menyebutkan bahwa stigma dan diskriminasi terhadap pasien kusta masih akan terus terjadi hingga pasca eliminasi kusta.

Untuk itu, Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan memiliki disabilitas baik itu mata, tangan, kaki perlu diberdayakan agar kualitas hidupnya jadi lebih baik.

"Pasien kusta tidak hanya fisiknya yang sakit, mentalnya juga sakit, jadi mereka perlu diberdayakan untuk mengikis stigmanya, kita pasti bisa," katanya.

Halaman:

Editor: Fadhil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x