Network
Dalam proses pengolahannyanya daging dimasak menggunakan bumbu uyah asem, yang sering disebut dengan bumbu jangkrik.
Nasi jangkrik biasanya dibagikan dalam tradisi Buka lawur (Selamatan Sunan Kudus) dan dianggap bagi yang mendapatkan nasi ini akan memperoleh berkah, seperti terjaga kesehatannya. Acara ini dilaksanakan setiap bulan Asyura atau tanggal 10 Muharram.
Sebagai informasi nasi jangkrik juga memiliki asal muasal sejarahnya. Sejalan dengan sejarah syiar Sunan Kudus di masa lalu.
Sebagai bentuk toleransi masyarakat Islam terhadap agama Hindu, sehingga dipergunakanlah daging kerbau, untuk mengantikan daging sapi. Sebab dalam agama Hindu hewan sapi dianggap suci dan sakral.
Namun, terdapat kisah mengenai asal muasal nama nasi tersebut, salah satunya istilah jangkrik berasal dari bawang goreng yang ditambahkan sebagai taburan dalam nasi, yang mirip bulu jangkrik, sehingga dinamai dengan nasi jangkrik.
Nasi jangkrik bisa ditemui di Pusat Kuliner Menara Kudus "Waroeng Kita" yang beralamat di Perempatan Sucen, Pejaten, Langgardalem, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Yang juga menjajakan bermacam hidangan makanan lain yang tentunya juga lezat.
4. Nasi Pindang Kerbau
Juga merupakan makanan khas Kudus yang sarat dengan toleransi. Hampir memiliki kesamaan dengan rawon, nasi pindang kerbau merupakan nasi yang disiram menggunakan daging kerbau yang telah dipindang serta ditambahkan daun melinjo.
Disajikan dengan pelengkap lainnya seperti berbagai jenis sate (telur puyuh dan jeroan), sambel, dan beberapa menu lain yang turut dihidangkan. Tentu akan menambah rasa enak dan gurih.
Nasi pindang kerbau dapat dijumpai di daerah Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, Warung nasi pindang kerbau sidodadi, maupun WM pindang kerbau Bu Marni Kudus.
