Mengenal PUMMA, Alat Pendeteksi Tsunami

- 30 Januari 2022, 20:58 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi. /Kkp/

Gelombang tsunami ini walaupun hanya memiliki ketinggian amplitudo sejengkal, namun dengan sangat jelas terdeteksi oleh perangkat PUMMA yang terpasang di Prigi Trenggalek yang telah mengirimkan sinyal ALERT sebanyak 36 kali secara otomatis pada peristiwa ini.

 

“Analisa lebih jauh memperlihatkan bahwa tsunami yang terekam PUMMA akibat letusan Pulau Gunung Api Tonga terdiri dari dua tipe gelombang tsunami yaitu ‘meteo-tsunami’ akibat adanya gelombang kejut (shockwave) dari letusan gunung api yang menjalar di atmosfer dan berinteraksi dengan permukaan laut dan tsunami ‘biasa’ yang menjalar dari sumbernya secara hidrodinamika akibat proses terganggunya muka air di lokasi letusan gunung api tersebut,” terangnya.

 

Lalu apa itu meteo-tsunami? istilah ini sebenarnya bukan lah hal yang baru. Namun baru dipopulerkan dalam 30 tahun terakhir seiring dengan banyaknya kejadian serupa di berbagai belahan dunia.

 

Sama dengan istilah “tsunami” yang berasal dari Jepang, istilah ‘meteo-tsunami’ juga pertama kali dikemukakan oleh peneliti Jepang Nomitsu pada tahun 1935 karena berbagai persamaan dari karakteristik gelombang tersebut dengan tsunami hanya saja penyebabnya yang berbeda.

 

Tsunami selama ini selalu diasosiasikan dengan kejadian gelombang besar yang disebabkan oleh akitivitas geologi seperti gempabumi, gunung api dan longsoran bawah air yang mengganggu badan air sehingga terbentuk gelombang yang menjalar cepat di lautan dan mencapai daratan dengan tinggi gelombang yang jauh lebih tinggi serta merusak.

 

Halaman:

Editor: Fadhil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah