Di Negara Ini Ketahuan Jual Beli Sertifikat Vaksin Covid-19 Palsu harus Ditembak

- 25 November 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi sertifikat vaskin Covid-19 yang diakses lewat kode QR.
Ilustrasi sertifikat vaskin Covid-19 yang diakses lewat kode QR. /PIXABAY/Tumisu

SUDUTBATAM.COM - Anggota parlemen Rusia, Vladimir Sidorov, mengatakan bahwa warganya yang membeli dan menjual sertifikat vaksin Covid-19 palsu harus ditembak.

Dia mengusulkan agar hukuman berat harus diberikan kepada orang-orang yang memperjualbelikan sertifikat vaksin Covid-19.

"Perlu untuk menembak mereka," katanya, dikutip Sudutbatam.com dari RT.com Kamis, 25 November 2021.

"Saya akan ambil bagian dalam eksekusi penembakan. Pastikan itu akan dilakukan! Anda dan saya tidak punya pilihan lain," sambungnya.

Baca Juga: Polisi Akan Periksa Haikal Hassan Soal Mimpi Bertemu Rasul

Pernyataan tersebut lantas menjadi viral di media sosial. Kritik pun menghujam dari warga Rusia.

Mendapat kritikan tersebut, politikus Rusia itu pun mengatakan bahwa dia terlalu emosional setelah kehilangan istrinya akibat Covid-19.

Kendati begitu, dia masih bersikeras agar siapa pun yang membeli sertifikat vaksin Covid-19 palsu layak menerima hukuman berat.

"Tidak ada yang suka pembatasan, tetapi imunisasi adalah kunci untuk bertahan dari pandemi," ucapnya.

Diketahui bahwa sebagian besar wilayah Rusia telah menerapkan QR kode yang bisa dipindai oleh ponsel warganya.

Baca Juga: BI Prediksi Transaksi Digital Banking Capai Rp48 Ribu Triliun di 2022

Ini dilakukan untuk tracking orang-orang yang sudah divaksinasi yang ini pergi ke bar, restoran, kafe, hingga transportasi umum.

Sebelum sertifikat digital, kartu vaskin berupa kertas telah dihapuskan karena adanya kasus pemalsuan, akan tetapi kode QR pun masih saja tak jadi jawaban.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova menekankan bahwa bukti vaksinasi harus sama pentingnya dengan paspor warga negara.

Rusia dilaporkan tengah bergulat dengan gelombang Covid-19, seiring meledaknya kasus positif di Eropa. Lebih dari 1.000 kematian selama lebih dari satu bulan di negara itu.***

Editor: Iwan Sahputra

Sumber: RT.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x